ANKARA, Juangsumatera.com – Turki menyatakan siap mengerahkan pasukan ke Ukraina sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian yang lebih luas jika memang diperlukan. Sikap ini menyusul kesiapan serupa yang terlebih dahulu disampaikan oleh Inggris dan Prancis untuk pengerahan pasukan semacam itu.
“Masalah kontribusi terhadap misi akan dievaluasi bersama semua pihak terkait, jika dianggap perlu untuk terjalinnya stabilitas dan perdamaian regional,” kata sumber Kementerian Pertahanan Turki, seperti dilansir AFP, Kamis (6/3/2025) dan dikutip dari detiknews.
Pernyataan ini disampaikan ketika para pemimpin Uni Eropa melakukan pertemuan dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Brussels, Belgia.
Pertemuan itu dimaksudkan untuk mencari cara memperkuat pertahanan Ukraina dan Eropa, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghentikan bantuan militer dan menangguhkan aktivitas berbagi informasi intelijen dengan Kyiv.
London dan Paris telah terlebih dahulu menyatakan kesediaan untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina demi memastikan kemungkinan gencatan senjata di masa depan tetap berlangsung, namun tanpa menyebutkan peran apa yang akan dimainkan oleh pasukan dari kedua negara tersebut.
Memperkuat pertahanan Eropa menjadi hal yang sangat mendesak, setelah Trump menegaskan keinginannya segera mengakhiri perang yang berkecamuk selama tiga tahun terakhir di Ukraina melalui negosiasi langsung dengan Rusia.
Trump, saat berpidato dalam sidang gabungan Kongres AS pada Selasa (4/3), mengungkapkan bahwa Zelensky menyatakan kesediaan untuk datang ke meja perundingan guna mengakhiri perang Ukraina-Rusia, dan siap menyelesaikan kesepakatan mineral dengan AS.
Trump juga mengatakan bahwa dirinya telah melakukan “pembicaraan serius dengan Rusia” dan “menerima sinyal kuat bahwa mereka siap untuk perdamaian”.
Zelensky sendiri berupaya memperbaiki situasi usai cekcok dengan Trump pekan lalu. Pada Selasa (4/3), Zelensky menyatakan keinginan untuk “memperbaiki” hubungan dengan Trump, setelah apa yang digambarkannya sebagai bentrokan dengan Trump di Ruang Oval Gedung Putih yang “disesalkan”.
Dia juga mengatakan Kyiv akan bekerja sama di bawah “kepemimpinan kuat” Trump dalam mewujudkan perdamaian abadi di Ukraina. Zelensky bahkan menyatakan siap “kapan saja dan dalam format apa pun yang nyaman” untuk penandatanganan perjanjian mineral, yang gagal diteken pekan lalu.
Turki sebagai sekutu AS dalam aliansi NATO, berupaya menjaga hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina sejak perang berkecamuk tiga tahun lalu. Negara ini sudah dua kali menjadi tuan rumah pembicaraan langsung yang bertujuan mengakhiri perang. (nvc/idh/tim)