JAKARTA, Juangsumatera.com — Milisi Hamas Palestina menyatakan kesepakatan gencatan senjata yang berhasil dicapainya dengan Israel merupakan hasil dari setiap keteguhan warga Palestina.
“Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan hasil dari keteguhan nyata rakyat Palestina dan perlawanan gagah berani kami di Jalur Gaza selama lebih dari 15 bulan,” demikian pernyataan Hamas, seperti dikutip AFP dan dilansir dari CNN Indonesia.
Hamas menyatakan gencatan senjata ini akan membuka jalan bagi “realisasi aspirasi rakyat” Palestina mengenai pembebasan.
Kepala negosiasi Hamas Khalil al Hayya sementara itu menyatakan pihaknya “tak akan memaafkan” penderitaan yang dialami masyarakat di Gaza selama agresi Israel setahun terakhir ini.
“Atas nama seluruh korban, setiap tetes darah yang tumpah dan setiap air mata kesakitan dan penindasan, kami mengatakan: Kami tidak akan melupakan dan kami tidak akan memaafkan,” ucapnya.
Hamas dan Israel akhirnya sepakat untuk gencatan senjata setelah berperang sejak Oktober 2023. Gencatan senjata itu akan dimulai pada 19 Januari mendatang.
Kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel mencakup tiga fase, yang masing-masing akan berlangsung selama 42 hari.
.Pada fase pertama, diperkirakan 33 sandera Hamas yang ditawan di Gaza akan dibebaskan.
Pada fase kedua, semua tahanan pria Israel yang masih hidup, baik warga sipil maupun tentara, akan dibebaskan dengan syarat sejumlah tahanan Palestina juga dibebaskan dari penjara-penjara dan pusat-pusat penahanan Israel.
Pada tahap kedua ini, Israel juga diminta menarik penuh pasukannya dari Jalur Gaza serta menghentikan secara permanen “operasi militer dan permusuhan.”
Kemudian, pada fase ketiga, semua jenazah/sisa-sisa orang yang telah meninggal mesti dipulangkan seluruhnya. Tahap ketiga juga mencakup dimulainya rencana rekonstruksi Gaza dalam tiga hingga lima tahun. (blq/bac/red)