JAKARTA, Juangsumatera.com – Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk serangan baru-baru ini oleh militer Myanmar, yang dilaporkan menewaskan puluhan warga sipil di negara bagian Rakhine, Myanmar barat.
Tentara Arakan (AA), sebuah kelompok bersenjata etnis minoritas, menyerang pasukan junta di Rakhine pada bulan November lalu, mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar telah dilakukan sejak kudeta militer pada tahun 2021.
“Guterres mengutuk keras serangan baru-baru ini oleh militer Myanmar yang dilaporkan menewaskan sejumlah warga sipil, termasuk di Negara Bagian Rakhine,” kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip kantor berita AFP, Jumat (7/6/2024) dan dilansir dari detiknews.
AA mengatakan pihaknya memperjuangkan otonomi lebih besar bagi penduduk etnis Rakhine di negara bagian Myanmar barat tersebut, yang juga merupakan rumah bagi sekitar 600.000 anggota minoritas Muslim Rohingya yang tertindas.
Pekan ini AA mengatakan pasukan junta telah membunuh lebih dari 70 warga sipil dalam serangan di desa Byain Phyu, di utara ibu kota negara bagian, Sittwe.
Junta militer Myanmar mengatakan klaim itu adalah propaganda. Layanan telepon dan internet terputus di seluruh negara bagian Rakhine, sehingga sulit untuk memverifikasi laporan kekerasan.
Guterres juga menyerukan diakhirinya penganiayaan yang berkelanjutan terhadap minoritas Rohingya yang terjebak di antara pertempuran antara junta Myanmar dan AA.
Para aktivis Rohingya menuduh AA menggusur secara paksa Puluhan Ribu anggota komunitas mereka, serta membakar dan menjarah rumah mereka. Mereka juga menuduh junta merekrut secara paksa ribuan warga Rohingya untuk melawan AA, seiring militer kehilangan kekuatan.
Sebelumnya, Ratusan Ribu warga Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke negara tetangga Bangladesh pada tahun 2017, ketika terjadi tindakan keras oleh militer yang kini menjadi subjek kasus genosida PBB.
Guterres juga mengutuk serangan junta yang dilaporkan menewaskan warga sipil di wilayah Sagaing, yang merupakan pusat perlawanan terhadap kudeta militer pada tahun 2021.
Awal pekan ini media lokal melaporkan bahwa serangan udara di desa Ma Thaw di Sagaing telah menewaskan sekitar selusin orang yang berkumpul untuk merayakan pernikahan. (ita/ita/tim)