JAKARTA, Juangsumatera.com – Israel masih terus menggempur wilayah Lebanon. Hal ini dilakukan untuk menumpas milisi Syiah pro-Iran di negara itu, Hizbullah.
Mengutip The Guardian dan dilansir dari CNBC Indonesia, Kamis (3/10/2024), Israel memerintahkan warga yang tinggal di wilayah Nabatieh, Ibu Kota provinsi di Lebanon Selatan, dan beberapa kota dan desa di utara Sungai Litani. Diketahui, daerah tersebut berada di tepi utara zona perbatasan yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB setelah perang tahun 2006.
Nantinya, para pengungsi dari kedua wilayah tersebut akan bergabung dengan lebih dari satu juta orang yang telah mengungsi, yang selanjutnya akan membebani sumber daya pemerintah Lebanon yang terbatas akibat krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.
Perintah evakuasi muncul di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah utara saat Hizbullah meluncurkan hampir 200 rudal dan pesawat tak berawak ke Israel utara dalam kurun waktu satu hari, salah satu jumlah tertinggi dalam beberapa hari terakhir.
Selain di perbatasan, Israel juga melanjutkan serangan udaranya terhadap Hizbullah di Beirut. Beberapa serangan udara terdengar di ibu kota tersebut sejak Kamis sore hingga larut malam, dengan satu serangan dilaporkan menghantam kantor departemen media Hizbullah di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.
Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Israel telah melancarkan 11 serangan berturut-turut terhadap benteng kelompok tersebut di Beirut. Menurut media Israel, Hachem Safieddine, calon pemimpin Hizbullah berikutnya, menjadi target serangan udara di Dahiyeh.
Sebelumnya, Hizbullah mengatakan tujuh paramedis dan petugas penyelamat dari divisi medisnya, Komite Kesehatan Islam, tewas dalam serangan di kantornya di Bashoura. Kementerian kesehatan mengatakan 14 lainnya terluka.
Palang Merah Lebanon mengatakan serangan Israel melukai empat paramedisnya saat mereka mengevakuasi orang-orang yang terluka dari selatan. Belum ada komentar langsung dari militer Israel.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menggambarkan situasi yang mengerikan bagi para medis yang merawat korban. Pasalnya, ada tiga fasilitas kesehatan yang sudah ditutup di wilayah Lebanon Selatan.
“WHO menyerukan deeskalasi konflik, agar perawatan kesehatan dilindungi dan tidak diserang, agar rute akses diamankan dan pasokan dikirim. Dan untuk gencatan senjata, solusi politik, dan perdamaian. Obat terbaik adalah perdamaian,” ucapnya.
Israel memutuskan untuk meluncurkan kampanye militer besar-besaran untuk menumpas Hizbullah pada pekan lalu. Hal ini menyusul serangan massal terhadap pager dan walkie talkie milik kelompok itu dengan mengubah alat komunikasi tersebut menjadi peledak, menewaskan 37 orang.
Sebelumnya, Israel dan Hizbullah sendiri sudah terlibat serangan lintas batas sejak Oktober tahun lalu. Hizbullah memulai serangan sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Palestina, Hamas, dan warga Jalur Gaza yang terus menerus mendapatkan serangan dari Negeri Zionis.
Pada Jumat pekan lalu, sebuah serangan Israel berhasil mengenai pemimpin tertinggi Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah. Ia tewas setelah sebuah bom seberat 2.000 pon dijatuhkan oleh pesawat militer Israel ke sebuah titik yang merupakan bunker dari tokoh tersebut. (luc/luc/tim)