SANAA, Juangsumatera.com – Kelompok Houthi Yaman mengeklaim telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal militer Amerika Serikat (AS) dan Israel di Laut Merah.
Serangan ini terjadi tak lama setelah militer Israel mengungkapkan, mereka berhasil mencegat pesawat nirawak yang diluncurkan dari wilayah timur.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan video mengonfirmasi, kelompok yang didukung oleh Iran itu melaksanakan serangan terhadap target militer Israel di wilayah pendudukan Yaffa (Tel Aviv) menggunakan pesawat nirawak yang diberi nama Yaffa.
Selain itu, Houthi juga mengeklaim menargetkan dua kapal perusak AS di Laut Merah dengan beberapa rudal jelajah dan pesawat nirawak.
Pernyataan tersebut mengikuti pengumuman militer Israel pada hari yang sama mengatakan, mereka berhasil mencegat pesawat nirawak yang mendekati wilayah mereka dari arah timur, sebelum pesawat tersebut dapat menyeberangi perbatasan Israel.
Tidak lama setelahnya, saluran TV Al-Masirah yang dikelola Houthi melaporkan, serangan udara AS telah menghantam distrik Harib di Provinsi Marib, wilayah yang dikuasai Houthi.
Ini merupakan bagian dari serangkaian serangan yang menargetkan posisi Houthi, yang kerap dituduh oleh AS terlibat dalam ancaman terhadap jalur pelayaran internasional. Dikutip dari AFP pada Selasa (8/4/2025) dan dilansir dari
KOMPAS.com.
Konflik ini semakin memanas sejak Amerika Serikat melancarkan kampanye udara terhadap Houthi pada 15 Maret, yang ditujukan untuk menghentikan ancaman terhadap kapal-kapal di rute-rute maritim utama.
Sejak itu, Houthi telah mengeklaim serangan terhadap kapal-kapal militer AS dan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, yang terjebak dalam pertempuran sengit sejak Oktober 2023.
Wilayah Laut Merah yang merupakan jalur pelayaran utama yang menghubungkan Eropa dan Asia, telah menjadi lebih rawan akibat serangan-serangan ini.
Houthi menargetkan kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden, serta wilayah Israel, dengan serangan-serangan tersebut mengganggu lalu lintas pelayaran internasional.
Rute ini mengangkut sekitar 12 persen dari seluruh perdagangan maritim dunia, memaksa banyak perusahaan pelayaran untuk mencari jalur alternatif yang lebih jauh melalui ujung Afrika selatan.
Serangan Houthi ini berlanjut meski telah ada gencatan senjata pada Januari, yang kemudian berakhir setelah Israel melanjutkan serangan di Gaza pada Maret 2025, mengakhiri periode singkat yang sempat memberikan harapan untuk perdamaian sementara. (red)