JAKARTA, Juangsumatera.com – Serangan yang dilakukan oleh pemberontak Houthi di Yaman telah memaksa tiga perempat kapal berbendera Amerika Serikat untuk menghindari Laut Merah dan memilih rute yang lebih panjang dan mahal melalui ujung selatan Afrika.
Melewati ujung selatan Afrika dapat menggandakan waktu perjalanan kapal antara Eropa dan Asia serta menambah biaya hampir $1 juta, menurut LSEG Shipping Research.
“Sebanyak 75% dari kapal berbendera AS kini harus melewati pantai selatan Afrika daripada melalui Terusan Suez,” ujar Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz dalam program “Face the Nation” di CBS, Minggu (23/3/2025) dan dilansir dari CNBC Indonesia.
“Terakhir kali salah satu kapal perusak kami melewati selat itu, kapal tersebut diserang sebanyak 23 kali,” imbuhnya.
Serangan udara terbaru Amerika Serikat terhadap kelompok pemberontak yang didukung Iran ini merupakan yang pertama sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat kembali pada Januari. Waltz menyebut bahwa serangan tersebut telah menghabisi pemimpin utama Houthi, termasuk kepala program rudal mereka.
“Kami telah menghancurkan markas mereka, pusat komunikasi, pabrik senjata, dan bahkan beberapa fasilitas produksi drone mereka yang digunakan untuk serangan di atas laut,” lanjut Waltz.
Di sisi lain, kelompok Houthi mengeklaim bahwa serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina sejak perang Israel di Gaza dimulai. Mereka juga menyatakan bahwa serangan udara terbaru yang dilakukan oleh AS di Yaman telah menewaskan lebih dari 50 orang.
Pekan lalu, melalui platform Telegram, Houthi mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan rudal dan drone ke kapal induk USS Harry S. Truman yang berada di bagian utara Laut Merah. Namun, menurut laporan NBC, serangan tersebut gagal.
Sementara itu, seorang pejabat pertahanan AS mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Amerika melakukan serangan di berbagai lokasi yang dikuasai oleh Houthi yang didukung Iran setiap hari dan malam di Yaman. (luc/luc/red)