SEOUL, Juangsumatera.com – Mantan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol, yang dimakzulkan dan diberhentikan dari jabatannya karena menetapkan darurat militer, telah meninggalkan kediaman kepresidenan di ibu kota Seoul pada Jumat (11/4) waktu setempat.
Yoon memeluk dan menjabat tangan para pendukungnya saat meninggalkan kediaman kepresidenan, dengan kerumunan orang yang berkumpul di sana memegang plakat bertuliskan “Yoon Lagi”. Dia meninggalkan kediaman kepresidenan dalam rombongan kendaraan yang dipimpin kendaraan kepolisian.
Politisi dan mantan jaksa yang berusia 64 tahun itu, seperti dilansir AFP, Jumat (11/4/2025) dan dikutip dari detiknews, dilucuti dari semua jabatan dan kekuasaannya, serta hak istimewanya, pekan lalu oleh Mahkamah Konstitusi atas deklarasi darurat militernya pada 3 Desember lalu yang memicu gejolak politik parah di Korsel.
Langkah Yoon itu mengejutkan publik Korsel dan dunia, dengan tentara sempat dikerahkan ke gedung parlemen. Darurat militer itu hanya berlangsung beberapa jam sebelum dicabut kembali atas desakan mayoritas anggota parlemen.
Yoon berterima kasih kepada para pendukungnya karena “mempertahankan kebebasan dan kedaulatan”, karena mereka bertahan di tengah suhu dingin membekukan untuk berunjuk rasa selama beberapa bulan terakhir.
“Bahkan dalam cuaca dingin yang menusuk, kehangatan dan dedikasi Anda membawa kenyamanan, dan saya menyimpan kenangan itu dalam hati saya,” kata Yoon dalam pernyataan yang dirilis oleh pengacaranya.
“Sekarang, saya kembali menjadi warga negara biasa Republik Korea, dan saya akan mencari jalan baru dalam mengabdi kepada negara dan rakyat,” imbuhnya.
Ratusan pendukung Yoon lainnya telah menunggu di distrik Seocho, Seoul, untuk menyambutnya, dengan beberapa orang memegang bunga.
Sementara itu, meskipun telah meninggalkan jabatan presiden, Yoon masih menghadapi persidangan pidana untuk tuduhan pemberontakan atas deklarasi darurat militernya.
Korsel akan menggelar pemilihan presiden (pilpres) awal pada 3 Juni mendatang, dengan kandidat oposisi Lee Jae Myung menjadi kandidat terdepan.
Lee pada Jumat (11/4) mengumumkan roadmap kebijakannya dan menegaskan dirinya akan membantu Korsel pulih dari kekacauan politik. (nvc/ita/red)