JAKARTA, Juangsumatera.com – Israel memberikan peringatan terakhir kepada warga Gaza terkait niatannya untuk melancarkan serangan terbaru. Serangan ini menandai diakhirinya gencatan senjata di kantong palestina itu, yang fase pertamanya dimulai Januari, dan dimulainya lagi perang habis-habisan.
Rabu, Israel mengumumkan akan melakukan operasi darat. Warga Gaza pun diminta militer Israel untuk membantu mensukseskan pembebasan sandera negara itu yang ditawan oleh Hamas seraya meminta agar warga ikut menyingkirkan kelompok itu dari kekuasaan.
“Memulai operasi darat yang ditargetkan di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan untuk memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan,” kata militer Israel, dikutip AFP, Kamis (20/3/2025) dan dilansir dari CNBC Indonesia.
Pernyataan ini menggemakan kembali peringatan yang disampaikan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Ia menyebut serangan Israel pada Selasa, yang tewaskan 413 warga, adalah ‘baru permulaan’ dan akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.
Secara tegas, Netanyahu menyebut negosiasi gencatan senjata lebih lanjut akan berlangsung ‘di bawah tembakan’. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023.
“Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda-dan kepada mereka-bahwa ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memperkirakan bahwa perang di Gaza bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.
“Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah,” timpal Israel Katz, Menteri Pertahanan Israel lainnya, dalam kunjungannya ke pangkalan udara.
“Ikuti saran presiden Amerika Serikat (AS). Kembalikan para sandera dan singkirkan Hamas, dan pilihan lain akan terbuka untuk Anda, termasuk kemungkinan pergi ke tempat lain di dunia bagi mereka yang menginginkannya,” tambah Katz.
Sejauh ini, Hamas belum menanggapi serangan itu secara militer. Seorang pejabat dari kelompok itu mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan perundingan guna mengembalikan gencatan senjata ke jalurnya.
Namun, ia menegaskan Hamas menolak tuntutan Israel untuk merundingkan kembali kesepakatan tiga tahap. Kesepakatan ini awalnya disepakati dengan mediator Mesir, Qatar, dan AS.
“Hamas belum menutup pintu untuk perundingan, tetapi kami bersikeras tidak perlu ada perjanjian baru. Kami menuntut Israel memulai tahap kedua perundingan,” kata pejabat Hamas, Taher Al Nunu.
Kelompok Islam Palestina Hamas telah memerintah daerah kantong pantai tersebut sejak 2007. Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan memicu gempuran balik dari Tel Aviv.
Serangan balik Israel sejak itu telah menewaskan hampir 50 ribu warga sipil Gaza, termasuk lansia dan anak-anak. Di sisi lain, infrastruktur di wilayah pesisir Palestina itu telah hancur hingga 70%.
Sementara itu, antrean panjang warga sipil yang melarikan diri memenuhi jalan-jalan Gaza. Keluarga-keluarga dengan anak-anak kecil melarikan diri dari Gaza utara ke daerah-daerah yang lebih jauh ke selatan.
“Sekarang, kita bisa merasakan kepanikan di udara… dan kita bisa melihat rasa sakit dan kehancuran di wajah orang-orang yang kita bantu,” kata Palang Merah, Fred Oola. (sef/red)